Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah,
Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu
'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Istilah “orang yang menguasai media
dialah yang menguasai dunia” bukan isapan jempol. Ini merupakasan salah
satu langkah musuh-musuh Islam untuk memenangi perang peradaban melawan
Islam. Mereka berhasil memnagkan perang dan menguasai dunia dengan
wasilah media. Sehingga Islam tercitrakan buruk. Pejuangnya disebut
teroris. Syi’ar-syi’ar Islam dianggap simbol keterbelakangan.
Melalui media, kaum kuffar menguasai
opini umum masyarakat. Mengarahkan ke mana yg mereka kehendaki. Bahkan
kepada kesesatan, baik secara ideologi atau keyakinan. Mereka berhasil
memutarbalikkan fakta dan arah kecenderungan masyarakat melalui opini
media. Sehingga genderang perang terhadap Islam yang mereka tabuh
mendapat dukungan masyarakat global. Bahkan sebagiannya dari
negara-negara kaum muslimin dan kalangan masyarakat muslim.
Allah mengisyaratkan pentingnya umat
Islam untuk menguasai media. Baik untuk membentuk opini positif terhadap
Al-Haq (Islam), juga sebagai counter opini media-media anti Islam.
Terlebih dalam jihad Islam, keberadaan media menjadi sarana yang tak
boleh diremehkan. Karena tersebarnya opini buruk terhadap Islam dan
pejuangnya bisa melemahkan kekuatan jiwa kaum muslimin.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
“Adapun orang-orang yang kafir,
sebagian mereka menjadi pendukung bagi sebagian yang lain. Jika kamu
(hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan
Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan
yang besar.” (QS. Al-Anfal: 73)
Sikap loyalitas sesama kafir juga
berlaku dalam perang global terhadap Islam. Angkatan-angkatan perang
kafir dan pelaku media mereka bekerjasama dan saling mendukung dalam
perang salib modern ini. Bahkan sebelum invasi militer dimulai mereka
sudah menyerang melalui invasi opini lewat corong-corong media mereka.
Sehingga semakin lengkaplah fitnah dan semakin dahsyat kerusakan yang
timbul. Maka jika umat Islam tidak juga menggarap media –sebagaimana
mereka telah mengupayakannya- maka pasti benar-benar terjadi fitnah
(kekufuran dan kesyirikan) dan kerusakan yang besar di muka bumi ini.
. . . Melalui media, kaum kuffar menguasai opini umum masyarakat. Mengarahkan ke mana yg mereka kehendaki. . .Sehingga genderang perang terhadap Islam yang mereka tabuh mendapat dukungan masyarakat global. Bahkan sebagiannya dari negara-negara kaum muslimin dan kalangan masyarakat muslim. . .
Pengaruh kerja media dapat kita lihat
saat saat perang Uhud. Ketika kaum muslimin mendapat serangan balik dan
terdesak. Gugurlah sebagian dari pasukan Islam. Namun mereka tetap
semangat dan terus berjuang memerangi musuh. Lalu tiba-tiba tersebarlah
kabar yang dihembuskan syetan “Ketahuilah, sesungguhnya Muhammad telah
terbunuh.” Dan hal itu benar-benar membuat lemah dan jatuh semangat
sebagian besar pasukan mujahidin. Lihatlah pengaruh opini buruk melalui
berita yang tersebar berhasil membuat peta peperangan berubah dan
menjatuhkan mental para ksatria Islam.
Oleh sebab itu, pasukan jihad Islam
harus memberikan perhatian yang serius terhadap media, baik cetak maupun
elektronik. Dan sekarang sudah muncul media yang fleksibel dan dapat
menjangkau tempat di seluruh penjuru dunia, yakni media online. Ini
untuk mendukung kerja jihad, menguatkan semangat kaum mujahidin, dan
melemahkan pasukan kafirin.
Bagi umat, jangan ragu lagi untuk
membiayai media-media Islam yang mengumandakan dakwah dan perjuangan
Islam. Sungguh pahalanya tak berbeda dari menyalurkan infak untuk jihad
fi sabilillah, karena jihad media adalah setengah dari jihad perang.
Bahkan peran jihad media sudah memulai perang sebelum terjadinya perang
fisik, dan ini berlanjut saat berkecamuknya perang dan pasca perang.
Media berperan menjaga nama baik Islam dan mujahidin, serta membangun
opini positif di tengah-tengah umat.
. . . Bagi umat, jangan ragu lagi untuk membiayai media-media Islam yang mengumandakan dakwah dan perjuangan Islam. Sungguh pahalanya tak berbeda dari menyalurkan infak untuk jihad fi sabilillah, karena jihad media adalah setengah dari jihad perang. . . .
Disarikan dari tulisan Asy Syahid –kamaa nahsabuh- Samir Khan : Inspire Magz Vol VII, Spring 2011:
“Saya teringat akan
sebuah nasehat yang sangat berkesan hampir dua tahun yang lalu di saat
saya berdiri di depan Amir AQAP, Syekh Abu Bashir Al Wuhaisyi, semoga
Allah melindunginya. "Ingat," ujarnya sementara di latar belakang
nampak para mujahidin lainnya sedang sibuk bekerja di depan komputer
mereka. "Pekerjaan Media Adalah Setengah Dari Jihad.“
Beliau mengulangi kata-kata Syaikh
Usamah bin Laden, kata-kata yang mengingatkan saya akan sebuah dunia
yang tak terkatakan yang telah membentuk kehidupan jutaan orang di
seluruh dunia berkat beberapa orang di depan komputer mereka dan
orang-orang yang memenuhi janji mereka kepada Allah.
Saya tahu bahwa media jihad sangat
penting bagi mujahidin, hanya saja saya belum bisa memastikan seberapa
penting ini bagi mereka. Sampai saat seorang ikhwan menjelaskan kepada
saya dengan penuh keyakinan : “Sebuah produksi media yang penuh kekuatan, itu sama seperti sebuah operasi serangan kepada Amerika”
Meski para mujahidin pun menyadari bahwa
mereka dalam posisi underdog pada peperangan ini, namun semua terus
berjalan tanpa perlu diucapkan lagi bahwa sebenarnya kita telah
melemparkan sesuatu kepada Amerika dan sekutunya yang akan terus
menempel pada mereka.
Tony Blair dengan tepat mendeskripsikan
hal ini dalam wawancara dengan BBC saat mendiskusikan tentang perang
melawan mujahidin : “Kita telah mempelajari bagaimana memeranginya
tetapi kita belum dapat menghancurkan ideologinya” katanya.
Ide-ide terpercaya yang kita bawa itulah
yang paling mengintimidasi mereka. Orang tentu akan mengalami suatu
akhir (kematian), tapi ide dan pemikiran itu tahan peluru dan mampu
bertahan hidup dalam waktu yang amat lama. Peristiwa 11 September
meninggalkan Amerika dalam keadaan tanpa dasar, memaksanya untuk
menembak sesuatu yang tidak akan mati.
Ada tiga hal yang menjadi fokus para
mujahidi pada media mereka yaitu : Kualitas dan isi produksi, keamanan
Internet dan strategi penyebaran media.
Di saat Amerika fokus memerangi
mujahidin kita di pegunungan Afghanistan dan jalan-jalan di Irak, media
jihad dan pendukungnya berada pada gigi lima (kecepatan tinggi). Ribuan
produk media Jihad diproduksi dan tersebar baik melalui internet maupun
dunia nyata. Sesuatu yang dihasilkan ribuan meter di atas pegunungan
Afghanistan akan didapati telah didistribusikan di jalan-jalan London
dan California. Ide-ide yang disebarluaskan dari bibir pemimpin
mujahidin, ternyata telah tersebar di Madrid dan Times Square.
Michael Scheuer mantan agen CIA mengomentari film “The Image War”, sebuah film dokumenter tentang Al Qaeda yang ditayangkan di stasiun TV Al Jazeera, ia mengatakan : “Propaganda
mereka membuat kita terjungkal ke dalam neraka, setiap waktu setiap
saat. Kita bahkan tidak sedang bermain di liga yang sama”. [PurWD/voa-islam.com]
- Perkataan Samir Khan dinukil dari Status Facaebook Ustadz Fuad Al-Hazimi dan telah disampaikan dalam acara Silaturahmi Aktifis Media Islam dengan tema ceramah “Urgensi Media dalam Jihad Global” di Kantor Berita Voice of Al Islam, Jum’at, 7 Juni 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar